Bahaya sifat iri dan dengki. Dengki atau disebut juga dengan hasud adalah timbulnya perasaan iri dan benci apabila melihat orang lain mendapat suatu nikmat, kemudian diikuti oleh perasaan hati menginginkan agar nikmat yang ada pada orang lain itu hilang.

Allah SWT menerangkan karakteristik dari orang yang dengki sebagai berikut: “Jika kamu memperoleh kebaikan, (niscaya) mereka bersedih hati, tetapi jika kamu tertimpa bencana, mereka bergembira karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, tipu daya mereka tidak akan menyusahkan kamu sedikit pun. Sungguh, Allah Maha Meliputi segala apa yang mereka kerjakan.” (Q.S. Ali Imran: 120)

Salah satu macam dengki yang disebutkan oleh Allah SWT dalam Al-Qur’an adalah: “Banyak di antara Ahli Kitab menginginkan sekiranya mereka dapat mengembalikan kamu setelah kamu beriman, menjadi kafir kembali, karena rasa dengki dalam diri mereka, setelah kebenaran jelas bagi mereka. Maka maafkanlah dan berlapang dadalah, sampai Allah memberikan perintah-Nya. Sungguh, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Al-Baqarah: 109)

Iri dan dengki hukumnya haram dalam Islam. Allah SWT melarang hamba-Nya memiliki sifat iri dan dengki dalam firman-Nya: “Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah pada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan, dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (Q.S. An-Nisa’: 32)

Sementara itu, perasaan hati yang mengharapkan agar dirinya juga mendapatkan nikmat yang serupa, tetapi tidak mengharapkan agar nikmat itu hilang dari orang lain juga tidak ada rasa benci melihat nikmat orang lain dinamakan ghibthah (keinginan), dan itu diperbolehkan. Jadi, batasan dengki (hasud) adalah rasa benci melihat orang lain mendapatkan nikmat disertai rasa hati ingin agar nikmat orang lain itu lekas hilang, sedangkan apabila tidak ada rasa benci melihat nikmat orang lain, juga tidak ingin nikmat orang lain itu hilang, tetapi hanya sekedar mengharapkan dirinya juga bisa mendapatkan kenikmatan yang serupa, maka itu dinamakan ghibthah (keinginan).

Memiliki dan memelihara sifat iri dan dengki sangat berbahaya. Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai bahaya sifat iri dan dengki, yaitu:

Bahaya Sifat Iri dan Dengki: Iri dan Dengki Merusak Aqidah (Agama) dan Akhlak, serta Allah SWT akan Membiarkan Setan untuk Menyesatkan dan Menguasainya (Allah SWT Tidak akan Menolongnya dari Setan).

Sifat iri dan dengki akan merusak kualitas agama si pendengki itu sendiri sebab dengan memiliki rasa iri dan dengki, berarti ia kecewa terhadap takdir (keputusan) Allah SWT. Ia kecewa mengapa Allah SWT mengaruniakan suatu nikmat kepada orang lain. Ia kecewa mengapa nikmat itu tidak segera hilang dari orang lain itu. Hal itu sama halnya ia telah menentang takdir (keputusan) Allah SWT, dan itu merupakan suatu bentuk kedurhakaan kepada Allah SWT, serta merupakan dosa besar.

Firman Allah SWT: “Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan. Mahasuci Allah dan Mahatinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (Q.S. Al-Qashash: 68)

Dan barangsiapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al-Qur’an), kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh, mereka (setan-setan itu) benar-benar menghalang-halangi mereka dari jalan yang benar, sedang mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. Az-Zukhruf: 36 – 37)

“Mereka itulah orang-orang yang dilaknat Allah. Dan barangsiapa dilaknat Allah, niscaya engkau tidak akan mendapatkan penolong baginya. Ataukah ada bagi mereka bahagian dari kerajaan (kekuasaan)? Kendatipun ada, mereka tidak akan memberikan sedikitpun (kebajikan) kepada manusia, ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan kepadanya? Sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab dan Hikmah kepada keluarga Ibrahim, dan Kami telah memberikan kepadanya kerajaan yang besar. Maka di antara mereka (orang-orang yang dengki itu), ada orang-orang yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada orang-orang yang menghalangi (manusia) dari beriman kepadanya. Dan cukuplah (bagi mereka) Jahannam yang menyala-nyala apinya.” (Q.S. An-Nisa’: 52 – 55)

Bahaya Sifat Iri dan Dengki Bagi Urusan Dunia dan Kesehatan si Pendengki

Azab pertama yang menimpa orang yang iri dan dengki di dunia ini adalah duka cita dan kegoncangan jiwa. Orang yang iri dan dengki akan senantiasa merasakan duka cita di dalam hatinya, sementara jiwanya juga senantiasa goncang. Itulah suatu bentuk azab yang segera dapat dirasakan di dunia ini bagi orang yang iri dan dengki.

Bagaimana tidak, setiap kali ia melihat suatu nikmat yang Allah SWT anugerahkan untuk orang lain, hatinya merasa benci dan sibuk memikirkan agar nikmat orang lain itu segera hilang. Apabila nikmat yang ada pada diri orang lain itu tidak hilang juga, maka hatinya semakin panas dan terus berduka. Jiwanya tidak tentram karena memikirkan kapan kenikmatan yang ada pada diri orang lain itu hilang. Akibatnya, hidupnya tidak akan pernah tentram, jiwanya goncang karena selalu gelisah dan uring-uringan memikirkan kenikmatan yang dianugerahkan oleh Allah SWT kepada orang lain.

Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang-orang yang di luar kalanganmu sebagai teman kepercayaanmu, (karena) mereka tidak henti-hentinya menyusahkan kamu. Mereka mengharapkan kehancuranmu. Sungguh, telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang tersembunyi di hati mereka lebih jahat. Sungguh, telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu mengerti.” (Q.S. Ali Imran: 118)

Padahal, seberapa pun besarnya keinginan agar kenikmatan yang terima oleh orang lain itu hilang, kalau Allah SWT sudah menakdirkan seseorang itu mendapatkan kenikmatan, maka tidak seorang pun dapat menghilangkannya.

Allah SWT berfirman: “Apa saja di antara rahmat Allah yang dianugerahkan kepada manusia, maka tidak ada yang dapat menahannya; dan apa saja yang ditahan-Nya maka tidak ada yang sanggup untuk melepaskannya setelah itu. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” (Q.S. Fathir: 2)

Jika Allah menolong kamu, maka tak ada yang dapat mengalahkanmu; tetapi jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapa yang dapat menolongmu setelah itu? Karena itu, hendaklah kepada Allah saja orang-orang mu’min bertawakkal.” (Q.S. Ali Imran: 160)

“Katakanlah (Muhammad): “Tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah bertawakallah orang-orang yang beriman.” (Q.S. At-Taubah: 51)

Dengan demikian, ia akan senantiasa berada dalam siksaan batin setiap kali ia melihat nikmat itu ada pada diri orang lain dan tidak melihat ada bencana yang menimpa orang lain yang mendapat nikmat itu. Batin yang tersiksa seperti itu lama kelamaan akan membuat dadanya terasa sempit (sesak), sehingga berpengaruh pula kepada kesehatan badannya.

Oleh karena hatinya selalu tidak tentram, gelisah, panas, tersiksa, dan emosinya tidak stabil karena seringnya dilanda perasaan marah dan benci setiap kali melihat orang lain yang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT, maka tekanan darahnya akan menjadi tidak stabil. Pada saat kebencian dan kemarahannya memuncak karena tidak rela melihat kenikmatan itu terus ada pada diri orang lain yang didengkinya itu dan tidak hilang-hilang juga, maka tekanan darahnya pun akan meninggi. Apabila tubuhnya tidak kuat lagi, maka ia bisa terkena risiko stroke, bahkan serangan jantung.

Bahaya Sifat Iri dan Dengki: Kebaikan ada Pada Orang yang Didengki, Kejelekan ada Pada si Pendengki

Batin yang tersiksa karena hati yang mendengki sehingga berisiko mendatangkan berbagai masalah kesehatan seperti yang diuraikan di atas juga merupakan salah satu bentuk azab yang dirasakan oleh orang yang iri dan dengki di dunia ini. Dari uraian pada poin di atas dapat diambil makna bahwa bencana yang diharap-harapkan oleh si pendengki akan menimpa pada orang lain yang mendapat nikmat itu, ternyata tidak mengena pada orang yang didengki itu, tetapi malahan mengena pada dirinya sendiri (orang yang mendengki itu), yaitu merusak kesehatannya. Sementara itu, nikmat yang telah dikehendaki Allah SWT untuk dikaruniakan pada orang yang didengkinya itu akan tetap ada pada diri orang yang didengki itu. Silakan baca: Menghadapi Body Shaming dan Ejekan Lainnya.

Kedengkian seseorang itu tidak akan mengubah keputusan Allah SWT. Nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT tidak akan bisa hilang hanya lantaran kedengkian orang lain. Apabila demikian yang terjadi, maka tidak akan ada seorang manusia pun di muka bumi ini yang bisa merasakan nikmat karena setiap nikmat itu ada pendengkinya, seperti sabda Rasulullah SAW: “Sesungguhnya setiap nikmat karunia Allah itu memiliki musuh.” Ditanyalah beliau SAW, “Siapakah mereka itu?”. Nabi SAW menjawab, “Yaitu mereka yang dengki kepada manusia, lantaran apa yang dianugerahkan Allah kepada mereka dari karunia-Nya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas)

Selain itu, orang yang didengki justru akan mendapatkan keuntungan dalam hal agama dan dunia. Ingatlah, bahwa orang yang mendengki (pendengki) seringkali akan mengeluarkan perasaan dengkinya melalui kata-kata maupun perbuatan. Misalnya, ia mengumpat dan mencela orang yang didengkinya, membuka rahasia dan kejelekan-kejelekan orang yang didengkinya, bahkan juga memfitnah orang yang didengkinya. Dalam Islam, orang yang diumpat, dicela, dijelek-jelekkan, difitnah, atau diperlakukan dengan buruk digolongkan ke dalam orang yang terzalimi atau teraniaya (madhlum) selama orang itu TIDAK membalas dengan hal yang sama jahatnya.

Rasulullah SAW telah menegaskan dalam sabda-sabdanya: “Takutlah terhadap doa orang yang terzalimi (teraniaya), karena tidak ada suatu hijab (penghalang) pun antara dia dengan Allah.” (HR Bukhari).

Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Al-Tirmidzi)

Ada tiga doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT, yaitu doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang teraniaya, dan doa seorang musafir.” (HR. Abu Hurairah)

Tiga do’a yang dikabulkan, yaitu do’a orang yang berpuasa, do’a orang yang bepergian, dan do’a orang yang teraniaya.” (HR. Uqaili, dari Abu Hurairah)

Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) secara terus terang kecuali oleh orang yang dizalimi. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. An-Nisa’: 148)

Allah SWT berfirman: “Dan janganlah engkau mengira, bahwa Allah lengah dari apa yang diperbuat oleh orang yang zalim. Sesungguhnya Allah menangguhkan mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak,” (Q.S. Ibrahim: 42)

Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Q.S. Al-Ahzab: 58)

Bahaya Sifat Iri dan Dengki: Kedengkian Akan Kembali Kepada Diri Orang yang Mendengki Itu Sendiri

Allah SWT akan membalas perbuatan setiap pendengki, apabila ia menginginkan hilangnya nikmat dari orang yang didengki. Allah SWT tidak akan menghilangkan nikmat dari orang yang didengki, karena kedengkian si pendengki. Sebaliknya, Allah SWT akan menghilangkan nikmat itu dari si pendengki selama orang yang didengki itu tidak membalas perbuatan si pendengki dengan hal yang sama jahatnya. Silakan baca: Menghadapi Body Shaming dan Ejekan Lainnya.

Allah SWT berfirman: “karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.” (Q.S. Fathir: 43)

Orang yang mendengki (pendengki) akan merasa sangat gembira ketika melihat orang yang didengkinya tertimpa masalah (bencana). Ia merasa menang sebab ia memperoleh kegembiraan di saat orang yang didengkinya itu mendapatkan bencana. Oleh karenanya, ia bukannya menunjukkan sikap empati (ikut merasakan duka/bela sungkawa),  melainkan justru menunjukkan di hadapan orang yang didengkinya yang saat itu sedang berduka bahwa keadaan dirinya jauh lebih baik dan menyenangkan.

Padahal, Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah engkau mendemonstrasikan (menunjukkan) kegembiraan di hadapan saudaramu yang sedang ditimpa bencana. Allah akan mengaruniakan sehat walafiat kepadanya. Dan sebaliknya, akan menurunkan bencana kepadamu.” (HR. Tirmidzi)

Allah SWT berfirman: “karena kesombongan (mereka) di bumi dan karena rencana (mereka) yang jahat. Rencana yang jahat itu hanya akan menimpa orang yang merencanakannya sendiri. Mereka hanyalah menunggu (berlakunya) ketentuan kepada orang-orang yang terdahulu. Maka kamu tidak akan mendapatkan perubahan bagi Allah, dan tidak (pula) akan menemui penyimpangan bagi ketentuan Allah itu.” (Q.S. Fathir: 43)

Bahaya Sifat Iri dan Dengki: Kedengkian itu Berasal dari Kesombongan

Awal mula kedengkian itu berasal dari kesombongan, sedangkan makhluk yang pertama kali memiliki sifat sombong adalah iblis (silakan baca: Ciri Orang yang Sombong (Takabur)). Dengan demikian, iblis adalah makhluk yang pertama kali mendengki. Simaklah kisah awal mula sifat dengki yang berasal dari kesombongan iblis seperti yang diterangkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu (Adam), lalu Kami bentuk tubuhmu, kemudian Kami katakan kepada para malaikat: “Bersujudlah kamu kepada Adam”, maka merekapun bersujud kecuali iblis. Dia tidak termasuk mereka yang bersujud. Allah berfirman: “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud (kepada Adam) di waktu Aku menyuruhmu?” Menjawab iblis “Saya lebih baik daripadanya: Engkau ciptakan saya dari api sedang dia Engkau ciptakan dari tanah”. Allah berfirman: “Turunlah kamu dari surga itu; karena kamu tidak sepatutnya menyombongkan diri di dalamnya, maka keluarlah, sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang hina”. Iblis menjawab: “Beri tangguhlah saya sampai waktu mereka dibangkitkan”. Allah berfirman: “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang diberi tangguh”. Iblis menjawab: “Karena Engkau telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus,  kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). Allah berfirman: “Keluarlah kamu dari surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahannam dengan kamu semuanya”. (Dan Allah berfirman): “Hai Adam bertempat tinggallah kamu dan isterimu di surga serta makanlah olehmu berdua (buah-buahan) di mana saja yang kamu sukai, dan janganlah kamu berdua mendekati pohon ini, lalu menjadilah kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim”. Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya dan syaitan berkata: “Tuhan kamu tidak melarangmu dan mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam surga)”. Dan dia (syaitan) bersumpah kepada keduanya. “Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua”, maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?” Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. Allah berfirman: “Turunlah kamu sekalian, sebahagian kamu menjadi musuh bagi sebahagian yang lain. Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan (tempat mencari kehidupan) di muka bumi sampai waktu yang telah ditentukan”. Allah berfirman: “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu (pula) kamu akan dibangkitkan.” (Q.S. Al-A’raf: 11 – 25)

Awal mulanya, iblis yang diciptakan oleh Allah SWT dari api adalah salah satu makhluk mulia yang bertempat tinggal di surga. Ia adalah makhluk yang sangat tekun beribadah kepada Allah SWT. Sebuah atsar menyebutkan bahwa iblis yang pada waktu itu menjadi pemimpin para malaikat telah beribadah kepada Allah SWT dengan tekun selama 6000 tahun. Namun, semuanya berubah tatkala Allah SWT menciptakan Nabi Adam as. dari tanah. Iblis merasa dirinya lebih mulia karena ia diciptakan dari api, sedangkan Nabi Adam as. hanyalah makhluk yang diciptakan dari tanah. Hal itu membuat iblis merasa tidak rela ketika menyaksikan seorang makhluk yang ia anggap lebih rendah dari dirinya diberi nikmat lebih oleh Allah SWT, yaitu seluruh makhluk diperintahkan untuk bersujud kepadanya yang tercipta dari tanah.

Oleh karena itu, timbullah kesombongan pada diri iblis yang menyebabkan ia membangkang perintah Allah SWT dengan tidak mau bersujud kepada Nabi Adam as. Allah SWT pun murka kepada iblis sehingga Dia mengusir iblis dari surga. Akibatnya, tumbuhlah sifat dengki dalam diri iblis kepada Nabi Adam as. yang dimuliakan dan diberi nikmat oleh Allah SWT dengan tinggal di dalam surga yang dulu merupakan tempat tinggalnya. Maka dari itu, dengan segala tipu dayanya, iblis akhirnya berhasil mengeluarkan Nabi Adam as. dan Siti Hawa dari surga. Kisah yang diceritakan Allah SWT dalam Al-Qur’an tersebut menunjukkan betapa dengkinya iblis kepada Nabi Adam as., sedangkan sumber kedengkian itu berasal dari sebuah kesombongan.

Usaha untuk Meredam Kedengkian Orang lain

Rasulullah SAW bersabda: “Mohonlah pertolongan demi tercapainya hajat cita-citamu dengan menyembunyikannya. Sesungguhnya tiap-tiap orang yang memperoleh nikmat itu didengki orang.” (HR. Ibnu Abi Dun-ya, Ath-Thabrani dari Mu’az, dengan sanad dha’if)

Berdasarkan hadits di atas, salah satu cara agar terhindar dari kedengkian orang lain adalah bersikap sederhana, rendah hati, dan tidak pamer. Kita hendaknya selalu mensyukuri setiap nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT, tetapi usahakanlah untuk tidak bersikap riya’ dengan memamerkan nikmat-nikmat dan kelebihan yang dimiliki kepada orang lain.

Lebih lanjut lagi, Allah SWT telah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk senantiasa memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan orang yang dengki dengan membaca firman-Nya (Surah Al-Falaq): “Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh (fajar),dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan (perempuan-perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki.” (Q.S. Al-Falaq: 1 — 5)


Jodohmu Surgamu Nerakamu: Panduan Memilih Pasangan Hidup Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits. Pasangan hidup (jodoh) yang baik akan membahagiakan kehidupan seorang mukmin, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak. Sebaliknya, pasangan hidup (jodoh) yang buruk akan membawa kesengsaraan bagi kehidupan seseorang di dunia ini, sedangkan di akhirat kelak bahkan lebih sengsara lagi karena pasangan hidup yang buruk itu bisa menyeretnya ikut terlempar ke dalam api neraka. Na’udzubillahi mindzalik! Lalu, bagaimanakah cara mengetahui watak asli calon pasangan hidup? Bagaimanakah cara mengenali apakah calon pasangan hidup itu membawa kebahagiaan atau hanya mendatangkan kesengsaraan saja? Bagaimanakah cara agar tidak salah pilih pasangan hidup? Baca Selengkapnya…

Baca Juga:

Ciri Orang yang Sombong (Takabur)

Menghadapi Body Shaming dan Ejekan Lainnya

Mengenali Musuh Dalam Selimut Di Sekitar Anda

Tips Menghadapi Tukang Kepo

Hari Valentine dalam Islam


Referensi :

Addimasyqi, Muhammad Jamaluddin Alqasimi (penyusun). Tidak Bertahun. Mau’izhatul Mukminin (Ringkasan dari Ihya ‘Ulumuddin) Karya Imam Al-Ghazali. Penerbit Al-Maktabah At-tijjariyah Al-Kubro.

Visits: 20138

Leave a Reply