Rasulullah SAW ditanya tentang Hari Jumat, maka beliau SAW menjawab: “Hari Jumat adalah hari silaturrahmi dan pernikahan.” Para sahabat pun bertanya kembali: ”Apa sebabnya demikian, Ya Rasulullah?” Dijawab oleh Rasulullah SAW: “Karena para nabi-nabi terdahulu melakukan pernikahan pada hari itu.” (Hadits riwayat Anas bin Malik r.a.)

Sebagian ulama mengatakan bahwa pada Hari Jumat telah terjadi tujuh peristiwa pernikahan besar, yaitu:

  1. Pernikahan antara Nabi Adam as dengan Siti Hawa.
  2. Pernikahan antara Nabi Yusuf as dengan Zulaikha.
  3. Pernikahan antara Nabi Musa as dengan Shafwaro.
  4. Pernikahan antara Nabi Sulaiman as dengan Ratu Balqis.
  5. Pernikahan antara Rasulullah SAW (Nabi Muhammad SAW) dengan Siti Khadijah ra.
  6. Pernikahan antara Rasulullah SAW (Nabi Muhammad SAW) dengan Siti ‘Aisyah ra.
  7. Pernikahan antara Ali bin Abi Tholib dengan Fathimah Az-Zahra (puteri Rasulullah SAW).

Pernikahan antara Nabi Adam as. dengan Siti Hawa

Rasulullah SAW bersabda: “Allah Ta’ala menciptakan Adam as pada Hari Jumat, menempatkannya di dalam syurga pada Hari Jumat, dan mengeluarkannya dari syurga juga pada Hari Jumat, kemudian menerima taubat Adam as pada Hari Jumat pula. Maka tidaklah seorang hamba berdoa pada hari itu, melainkan Allah SWT akan mengabulkannya.” (Hadits riwayat Abu Hurairah ra)

Pada penciptaannya, ketika ruh Nabi Adam as. telah ditiupkan ke dalam jasadnya, sehingga ia menjadi hidup. Maka Nabi Adam as. Memandang ke seluruh penjuru langit dan bumi, namun beliau tidak menemukan seorang makhluk pun yang serupa dengannya untuk dijadikan sebagai teman. Beliau merasa sendirian.

Suatu hari, ketika sedang duduk-duduk sendirian, beliau merasa sangat mengantuk, kemudian jatuh tertidur. Pada saat Nabi Adam as. tertidur, Allah SWT memerintahkan kepada Malaikat Jibril as. untuk mengeluarkan tulang rusuk kirinya. Dari tulang rusuk kiri Nabi Adam as. itulah Allah SWT kemudian menciptakan seorang makhluk yang serupa dengan Nabi Adam as, yang Allah SWT beri nama Hawa.

Allah SWT meletakkan pada diri Siti Hawa itu segala bentuk kecantikan, keelokan, keindahan, serta semua kesucian dan budi pekerti yang mulia yang ada sampai Hari Kiamat. Sedangkan pada diri (hati) Nabi Adam as. Allah SWT memasukkan rasa kerinduan, kecintaan, kasih sayang, dan keasyikan. Dengan demikian, Siti Hawa menjadi seorang wanita yang paling cantik di seluruh langit dan bumi. Sedangkan Nabi Adam as. menjadi seorang pria yang paling mencinta dan merindu di seluruh langit dan bumi. Setelah itu, Allah SWT semakin memperindah Siti Hawa dengan memakaikan kepadanya pakaian dari syurga dan 70 macam perhiasannya. Allah SWT juga memakaikan mahkota dari syurga. Lalu, Dia mendudukkan Siti Hawa di atas singgasana yang terbuat dari emas.

Kemudian Allah SWT membangunkan Nabi Adam as. dari tidurnya seraya memperlihatkan Siti Hawa di hadapan Nabi Adam as.

“Siapakah engkau ini dan kepunyaan siapakah engkau ini?”, tanya Nabi Adam as. kepada Siti Hawa.

“Aku telah diciptakan oleh Allah SWT untuk dirimu.”, jawab Siti Hawa.

Nabi Adam as. pun berkata, “Mari! Mendekatlah kepadaku!”

Siti Hawa tetap berdiam di tempatnya sambil menjawab, “Tidak. Tetapi, engkaulah yang kemari.”

Nabi Adam as. pun bangkit dari duduknya kemudian mendekati Siti Hawa. Sejak saat itulah, berlaku tradisi yang umum bagi umat manusia, anak keturunan Nabi Adam as. dan Siti Hawa, bahwa pihak laki-laki yang mendatangi pihak wanita.

Pada saat Nabi Adam as. telah berada di dekat Siti Hawa, beliau pun mengulurkan tangannya hendak memegang Siti Hawa. Namun, tiba-tiba terdengar suatu seruan, “Wahai Adam, tahanlah! Karena pergaulanmu dengan Hawa tidak dihalalkan, kecuali dengan mahar dan pernikahan.”

Allah SWT pun memerintahkan kepada para malaikat dan penghuni syurga untuk menghias syurga dengan seindah-indahnya. Setelah itu, Allah SWT memerintahkan seluruh malaikat untuk berkumpul di bawah Pohon Thuubaa. Kemudian Allah SWT membacakan khutbah-Nya sendiri: “Al-Hamdu adalah pujian-Ku, keagungan adalah sarung-Ku, kesombongan adalah selendang-Ku, dan seluruh makhluk adalah hamba-Ku. Aku menjadikan malaikat-malaikat dan penghuni langit-Ku sebagai saksi. Aku kawinkan Hawa dengan Adam dengan mas kawin dan tasbih serta tahlil atas-Ku.

Setelah akad nikah itu, Allah SWT menyerahkan Siti Hawa kepada Nabi Adam as. seraya para pelayan syurga dan malaikat menaburkan mirah delima dan mutiara. Siti Hawa lantas meminta mas kawinnya, sehingga Nabi Adam as. pun bertanya kepada Allah SWT, “Ya Allah, sesuatu apakah yang harus kuberikan kepadanya? Apakah emas, perak, ataukah permata?”

Allah SWT menjawab, “Bukan.”

“Apakah aku harus berpuasa, shalat, ataukah mengucapkan tasbih untuk-Mu, Ya Rabbi?”, Nabi Adam as. kembali bertanya.

Allah SWT pun menjawab, “Bukan.”

“Lalu apa yang harus aku berikan sebagai mas kawin?”, tanya Nabi Adam as. lagi.

Allah SWT menjawab, “Mas kawin untuk Hawa adalah hendaknya engkau membaca shalawat sepuluh kali untuk Nabi dan kekasih-Ku Muhammad, penghulu seluruh rasul.”

Diceritakan bahwa pernikahan antara Nabi Adam as. dengan Siti Hawa terjadi pada Hari Jumat.

Bersambung ke artikel Jumat berikutnya (Insya Allah): Pernikahan antara Nabi Yusuf as. dengan Siti Zulaikha.


Referensi:

Al Hamdaany, Al Imam Syaikh Abu Nashr Muhammad bin Abdurrahmaan. Tidak Bertahun. (Terjemahan) As Sab’iyyaatu Fil Mawaa’idhil Barriyyaat: Tujuh Rahasia Ghaib. Penerbit Karya Utama. Surabaya.

Visits: 4203

Leave a Reply