Menghadapi Body Shaming dn Ejekan Lainnya

Menghadapi body shaming dan ejekan lainnya. Istilah body shaming sedang banyak diperbincangkan akhir-akhir ini sehubungan dengan maraknya kasus penghinaan dan ejekan di media-media sosial. Lantas, apakah sebenarnya body shaming itu? Body shaming adalah perbuatan mengkritik atau mencela bentuk, ukuran, dan penampilan fisik orang lain.

Banyak sekali contoh perbuatan body shaming yang bertebaran di media-media sosial. Contohnya, ih kurus banget sih badannya, itu orang kok kerempeng banget badannya kayak tinggal tulang dibungkus kulit aja, ih itu cewek gembrot amat badannya, ih itu orang masih muda badan udah melar gitu kayak emak-emak, cewek itu sebenarnya cantik sih tapi sayang aja hidung pesek gitu, ya ampun dia ‘kan artis ya kok dekil amat mukanya, itu orang betisnya gede banget ya, kok kulitnya item dekil gitu padahal bapak ibunya putih, dan sebagainya. Itulah di antara sekian banyak ujaran kejam dari orang berhati jahat, yang dinamakan body shaming. Apabila ingin mengetahui lebih banyak lagi contohnya, silakan langsung menuju kolom-kolom komentar pada unggahan foto yang ada di berbagai platform media sosial. Di sana Anda akan melihat beraneka ragam kalimat body shaming dan ejekan yang sangat keji dan jahat. Body shaming dan ejekan hanya bisa dilakukan oleh orang yang berhati jahat dan memiliki penyakit di dalam hatinya.

Latar Belakang Mengapa Orang Melakukan Body Shaming dan Ejekan

Latar belakang mengapa orang melakukan body shaming dan ejekan itu banyak, di antaranya adalah ia sesungguhnya orang yang minder dengan dirinya sendiri, tidak bahagia dengan hidupnya, berasal dari keluarga dengan pola didik yang tidak sehat, dan memiliki sifat sombong sehingga membuatnya iri dan dengki. Nah, berikut ini akan dibahas secara lebih mendalam mengenai penyebab orang melakukan body shaming dan ejekan.

Pelaku body shaming dan ejekan adalah orang yang sesungguhnya berjiwa minder (tidak percaya diri) dalam pergaulan sosial di dunia nyata, tetapi memiliki hati yang jahat.

Sekilas orang yang diejek akan merasa kesal dengan pelaku body shaming dan ejekan ini, tetapi ketika tahu kondisi yang sebenarnya, bisa jadi orang yang diejek itu akan merasa kasihan kepada pelaku. Mengapa orang yang minder dalam pergaulan sosial di dunia nyata kadang bisa menjadi pelaku body shaming dan ejekan? Karena selain merasa iri dengan kelebihan orang lain yang tidak dimilikinya, ia juga memiliki hati yang jahat. Ia merasa iri ketika melihat orang lain memiliki lebih banyak kelebihan dibandingkan dengan dirinya. Hati jahatnya merasa tidak rela dengan kelebihan yang ada pada diri orang lain itu, sehingga ia kemudian berusaha meneliti kelemahan atau kekurangan orang tersebut.

Ia berharap akan menemukan kelemahan dan kekurangan orang tersebut. Kalau menemukannya, ia akan merasa bahwa orang itu kualitasnya sama saja dengan dirinya sehingga jiwa mindernya akan sedikit berkurang. Namun, kalau tidak menemukan kekurangan yang berarti, ia akan uring-uringan sehingga cenderung mencari pelampiasan dengan cara menghina atau mengejek orang tersebut sehingga jiwa jahatnya terhibur.

Dengan mengejek atau menghina orang lain, pikirannya akan percaya bahwa dirinya lebih baik dari orang yang diejeknya itu. Ia berharap orang lain pun akan berpikiran sama dengan dirinya. Dengan mengejek atau menghina orang lain itulah cara si jahat melenyapkan perasaan mindernya dan membuat kepercayaan dirinya bangkit.

Pelaku body shaming dan ejekan adalah orang yang tidak bahagia dengan hidupnya.

Orang yang bahagia, puas, dan bersyukur dengan hidupnya akan memiliki cara pandang yang positif terhadap kehidupan. Apabila melihat orang yang berada di bawahnya, ia akan bersyukur dengan hidupnya dan malah akan berusaha ikut membantu dan menularkan kebahagiaannya dengan orang yang ada di bawahnya. Apabila melihat orang yang berada di atasnya, ia pun tetap akan bersyukur dengan hidupnya dan turut merasa senang melihat orang lain bisa menikmati hidupnya dengan bahagia.

Berbeda halnya dengan orang yang tidak bahagia dan tidak puas dengan hidupnya. Ketika melihat ada orang bisa menikmati hidup dan berbahagia dengan hidupnya, hati jahatnya tidak bisa menerima. Ia tidak rela mengapa orang lain itu bisa bahagia dan menikmati hidup sementara dirinya tidak bisa. Oleh karena itu, ia kemudian berusaha mengusik dan menganggu orang lain tersebut dengan cara melakukan body shaming dan ejekan lainnya. Kalau orang tersebut terusik, marah, terganggu, dan meladeni ejekannya, ia akan merasa senang karena itu artinya kebahagiaan orang tersebut sudah terusik dengan body shaming dan ejekannya. Sebaliknya, kalau orang lain tersebut tidak ambil pusing, tidak meladeni, dan tetap menikmati hidup dan kebahagiaanya, maka pelaku body shaming dan ejekan ini akan tambah uring-uringan dan kesal. Ia akan semakin merasa tidak bahagia karena rencana jahatnya untuk mengusik kebahagiaan orang lain tidak berhasil. Oleh karenanya, batinnya akan semakin tersiksa.

Pelaku body shaming dan ejekan biasanya berasal dari lingkungan keluarga dengan pola didik yang tidak sehat.

Bisa jadi ia dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh konflik atau kebencian. Ia sering dibentak-bentak oleh ayah atau ibunya. Ia sering dikata-katai dan dimaki oleh ayah atau ibunya. Ia sering dikatai sebagai anak bodoh, anak tidak tahu diuntung, anak kurang ajar, dan lain sebagainya pada saat orang tuanya marah. Ia mungkin juga sering menyaksikan orang tua bertengkar dan melakukan tindak kekerasan. Semua itu bisa menyebabkan trauma pada alam bawah sadarnya sehingga ketika dewasa trauma itu muncul dalam bentuk perilaku melakukan body shaming dan ejekan kepada orang lain untuk membuat perasaannya lebih baik dan bahagia.

Pelaku body shaming dan ejekan adalah orang yang sombong.

Pelaku body shaming dan ejekan merasa dirinya lebih, lebih, dan lebih dibandingkan dengan orang lain. Nah, ketika melihat orang lain yang menurut penilaiannya memiliki kualitas di bawah dirinya, tetapi orang tersebut memiliki keberuntungan yang menurutnya melebihi dirinya, maka jiwa sombongnya tidak akan rela sehingga muncul iri dan dengki di hatinya.

Contohnya, si sombong merasa dirinya amatlah cantik molek, jauh lebih cantik dibandingkan dengan artis-artis yang ada di televisi. Kemudian, ia melihat ada seorang artis yang menurutnya kalah cantik dibandingkan dirinya, tetapi artis tersebut memiliki karir keartisan yang baik, suami yang kaya, tampan, dan sangat mencintainya. Hal ini membuat si sombong itu tidak rela. Mengapa dirinya yang jauh lebih cantik tidak bisa menjadi artis? Mengapa dirinya yang jauh lebih cantik dan molek tidak bisa mendapatkan suami yang seperti artis itu? Mengapa suaminya tidak seperti suami artis itu? Seharusnya, dirinyalah yang lebih pantas menjadi artis dan dirinyalah yang lebih pantas mendapatkan suami yang seperti itu karena dirinya jauh lebih cantik dibanding artis itu. Jiwa jahatnya marah sehingga ia melakukan body shaming dan ejekan kepada si artis itu. Tujuannya adalah agar orang tahu mana bagian yang dianggap kurang dari orang yang diejeknya itu. Ia berharap orang-orang akan mendukungnya untuk ikut mengejek si artis itu. Ia berharap pula agar artis itu menjadi minder. Dengan menjadi minder berarti ‘kan kebahagiaannya berkurang, itulah tujuan pelaku body shaming dan ejekan.

Menghadapi Body Shaming dan Ejekan Lainnya

Setelah mengetahui beberapa latar belakang mengapa orang melakukan body shaming dan ejekan, apakah Anda merasa marah atau justru kasihan? Mental pelaku body shaming dan ejekan itu sebenarnya kurang sehat. Jiwa dan hatinya juga jahat. Pelaku body shaming dan ejekan itu sebenarnya hidupnya tersiksa karena setiap kali melihat kelebihan, kebahagiaan, dan keberuntungan orang, hatinya panas, gelisah, uring-uringan dan sibuk memikirkan bagaimana cara mengusik kebahagiaan dan keberuntungan orang lain itu. Nah, salah satu caranya adalah dengan melakukan body shaming dan ejekan. Hati jahatnya akan merasa lebih baik dan terhibur apabila bisa melakukan body shaming dan ejekan. Apalagi kalau orang yang diejek itu menjadi sedih atau marah, hati jahatnya akan merasa sangat berbahagia karena berhasil mengusik kebahagiaan orang tersebut.

Kalau manusia yang mentalnya sehat, jiwa dan hatinya juga baik, maka sumber kebahagiaannya adalah dari prestasinya, kesuksesan kerja kerasnya, usahanya berbuat baik, usahanya berbagi hal yang bermanfaat dengan sesama, dan sejenisnya. Akan tetapi, orang yang mentalnya tidak sehat (baca: berpenyakit iri, dengki, sombong, keji, culas), jiwa dan hatinya pun jahat, maka sumber kebahagiaannya adalah ketika melihat orang lain susah, sedih, terpuruk, gagal, sakit, dan sejenisnya. Oleh karena itulah, orang tersebut membahagiakan dirinya dengan cara melakukan body shaming, ejekan, dan bully-an kepada orang lain. Apabila orang yang diejek itu sedih, maka ia bahagia. Sebaliknya, apabila orang yang diejek itu tidak terpengaruh oleh ejekannya, maka ia semakin tersiksa dan uring-uringan sehingga tidak jadi berbahagia.

Nah, berdasarkan uraian di atas, maka cara terbaik menghadapi body shaming dan ejekan adalah dengan cara tidak menghiraukannya, tidak meladeninya, tidak terpancing olehnya, dan tidak membalas dengan hal yang sama. Jangan pernah membuatnya bahagia dengan terpancing ulahnya. Jangan pernah membuatnya bahagia dengan terpengaruh ulahnya. Jangan pernah membuatnya bahagia dengan meladeninya.

Sebenarnya, ketika seseorang itu mengejek Anda dengan sesuatu yang memang ada pada diri Anda, ia sebenarnya telah melihat pada diri Anda itu ada kelebihan yang jauh lebih berarti dibandingkan kekurangan Anda yang menjadi bahan ejekannya. Nah, kelebihan Anda itu baginya adalah sesuatu yang besar karena mungkin itu adalah sesuatu yang menjadi idamannya, tetapi tidak ia miliki. Oleh karenanya, ia menjadi sangat terganggu dan dengki, sehingga kemudian melampiaskannya dengan cara mengejek Anda dengan sesuatu yang menurutnya merupakan kekurangan Anda. 

Contoh: seseorang mengejek Anda karena Anda gemuk. Kenyataannya, Anda memang gemuk. Akan tetapi, Anda memiliki kehidupan keluarga (rumah tangga) yang bahagia, karir yang bagus, dan kondisi keuangan yang sangat baik. Anda tidak perlu sakit hati ketika diejek gemuk. Justru Anda seharusnya merasa kasihan kepadanya. Mengapa? Ia mengejek Anda gemuk karena ia menganggap itu merupakan sebuah kekurangan yang ia yakini dapat digunakan untuk mengusik Anda. Sementara itu, beberapa kelebihan Anda yang lain itulah yang sebenarnya menjadi pusat perhatiannya, juga amat mengganggunya karena kelebihan itu adalah hal yang sangat diidamkannya, tetapi tidak ia miliki, yaitu karir yang bagus, keluarga (rumah tangga) yang bahagia, dan kondisi keuangan yang sangat baik. Kelebihan-kelebihan Anda itu membuatnya terganggu sehingga menyebabkan ia mendengki Anda. Bagaimana tidak, kondisi karirnya tidak bagus, kondisi rumah tangganya kurang harmonis, dan kondisi ekonominya pun kurang baik, sementara kondisi hidup seperti yang Anda miliki itu adalah kondisi ideal idamannya. Oleh karenanya, ia berusaha mencari, apa sih kekurangan Anda yang bisa ia ejek untuk mengurangi kebahagiaan Anda dan untuk membuatnya merasa lebih baik. Dengan kalimat lain, ejekannya kepada Anda itu sebenarnya merupakan pelampiasan rasa dengkinya kepada Anda karena sejatinya ia menganggap Anda lebih dari dia. Ingat, tidak ada orang yang dengki kepada sesuatu yang ada di bawahnya. Orang cenderung merasa dengki dengan sesuatu yang ada di atasnya yang berupa nikmat, kebahagiaan, kelebihan, dan keberuntungan.

Selain itu, yang paling penting dan harus dipahami adalah kalau apa yang menjadi bahan ejekannya itu memang benar ada pada diri Anda, maka Anda tidak perlu sakit hati dan terganggu, kemudian merasa minder, karena itu bukan salah Anda dan juga bukan urusan Anda. Mengapa demikian?

Sebagai perumpamaan, Anda adalah seorang chef pembuat cake. Ada beberapa pembeli yang mencicipi cake buatan Anda, kemudian mengkritik, “Ih, cake ini jelek banget sih penampilannya, rasanya juga tidak enak lagi.”. Nah, yang dikritik oleh pembeli itu sesungguhnya cake tersebut ataukah Anda sebagai chefnya? Lalu, yang sebenarnya paling tersinggung atas kritikan itu adalah cake-nya ataukah Anda sebagai chef yang telah membuat cake tersebut dengan sebaik-baiknya?

Perumpamaan berikutnya, Anda adalah seorang pelukis yang sedang memamerkan karya-karya lukis Anda. Ada beberapa pengunjung melihat-lihat lukisan Anda. Beberapa di antara pengunjung tersebut berkomentar negatif, “Ih, lukisan apa ini, kok jelek banget, masa lukisan kayak gini dipamerkan.” Pengunjung yang lain berkomentar, “Apa sih bagusnya lukisan ini, jelek begitu!? Apa sih kelebihan lukisan ini, lha wong cuma garis-garis abstrak gitu?” Nah, yang sedang dikritik dan dicaci maki itu sebenarnya lukisan itu atau pelukisnya? Lalu, yang paling tersinggung atas caci maki itu sebenarnya lukisan itu ataukah Anda sebagai pelukisnya?

Dari dua perumpamaan di atas sudah jelas, bahwa body shaming dan ejekan itu sebaiknya tidak membuat Anda tersinggung karena sejatinya itu tidak ditujukan kepada Anda sehingga itu bukanlah urusan Anda. Niat pelaku memang kepada Anda, tetapi ia tidak menyadari bahwa dirinya salah alamat. Anda hanyalah makhluk yang tidak bisa memilih akan diciptakan seperti apa oleh Allah. Kalau Anda diciptakan oleh Allah berbadan gemuk, kemudian diejek gemuk, maka itu bukan urusan Anda. Kalau Anda diciptakan oleh Allah berhidung tidak mancung, berkulit gelap kemudian diejek pesek dan dekil kulitnya, itu juga bukan urusan Anda. Kalau Anda diciptakan oleh Allah berbadan kurus kerempeng, kemudian diejek terlalu kurus, itu pun bukan urusan Anda. Sekali lagi, Anda tidak bisa memilih akan diciptakan seperti apa oleh Allah, sama halnya seperti lukisan itu yang tidak bisa memilih akan dijadikan seperti apa oleh Anda sebagai pelukisnya.

Orang yang mengejek bentuk fisik Anda itu pada dasarnya mengejek Allah, mengapa Allah menciptakan orang gemuk, orang kurus, orang pesek, orang hitam, dan sejenisnya. Sama seperti ketika penikmat lukisan itu mencaci lukisan Anda. Siapakah yang akan marah, lukisan itu ataukah Anda sebagai pelukisnya yang menyaksikan lukisan Anda dicaci maki? Demikian pula halnya, siapakah yang akan jauh lebih marah ketika orang mengejek Anda gemuk, kurus, hitam, dekil, pesek, dan sebagainya, apakah Anda yang hanya makhluk ciptaan, ataukah Allah sebagai pencipta yang menyaksikan ciptaan-Nya dicaci maki?

Oleh karena itulah, Anda tidak perlu merasa tersinggung dengan ejekan atau body shaming yang ditujukan kepada Anda karena sejatinya body shaming dan ejekan itu tidak ditujukan kepada Anda, tetapi kepada Yang Menciptakan anda, sehingga itu sudah bukan urusan Anda lagi. Itu sudah menjadi urusan antara pelaku body shaming dan ejekan itu dengan Allah. Anda tidak perlu menghadapi atau membalas body shaming dan ejekan yang dialamatkan kepada Anda, karena sekali lagi, walaupun niat mereka tertuju kepada Anda, tetapi mereka salah alamat, karena sejatinya body shaming dan ejekan itu ditujukan kepada Allah yang telah menciptakan Anda.

Allah telah menciptakan Anda dengan sebaik-baik bentuk menurut ilmu-Nya, kemudian ada segolongan manusia berani mencaci, menghina, dan mengejek bentuk yang telah Dia ciptakan dengan ilmu-Nya Yang Maha Sempurna itu. Nah, berhadapan dengan siapakah para pengejek, penghina, dan pencaci itu? Sudah tentu bukan dengan Anda. Pada hakikatnya ia tidak berhadapan dengan Anda, tetapi berhadapan dengan Tuhan yang telah menciptakan Anda. Jadi, jangan diambil hati, jangan dibalas, dan jangan pula Anda ikut campur atas ejekan mereka, karena pada hakikatnya saat mengejek Anda, ia sedang berurusan dan berhadapan dengan Allah yang telah menciptakan Anda dalam bentuk sesuai pilihan-Nya, dimana pilihan-Nya itu sekarang diejek oleh si pengejek.

Dia-lah yang menciptakan setiap makhluk dengan sebaik-baik bentuk menurut ukuran dan ilmu-Nya, dan Dia Maha Mencintai seluruh makhluk ciptaan-Nya, kemudian ada orang yang lancang menghina apa telah Dia ciptakan dengan sebaik-baik bentuk itu. Artinya, orang lancang tersebut berani mengkritik bahwa Allah menciptakan sesuatu yang jelek dan tidak bagus. Artinya lagi, orang lancang tersebut berani menyombongkan diri kepada-Nya karena berani menilai bahwa ciptaan-Nya itu jelek. Maka dari itu, sekali lagi, jangan pernah hiraukan mereka, jangan pernah membalasnya, dan jangan pernah ikut campur karena itu bukanlah urusan Anda.

Lihat dan tunggu sajalah apa yang akan diperbuat oleh Allah kepada mereka kalau mereka tidak mau bertobat. Anda tidak perlu mencampuri urusan mereka dengan Allah karena kalau Anda mencampurinya, misalnya dengan membalasnya (pembalasan versi Anda), maka Anda tidak akan pernah menyaksikan pembalasan yang jauh lebih sempurna, yang mungkin tak pernah Anda bayangkan, apabila pembalasan itu dilakukan oleh Allah Yang Maha Pembalas.

Maka dari itu, biarkan Allah berbuat apa yang Dia kehendaki kepada mereka yang telah menghina dan mengejek ciptaan-Nya, yaitu Anda, karena pembalasan yang paling indah dan paling sempurna itu adalah pembalasan-Nya. Pembalasan Allah pasti akan jauh lebih memuaskan bagi Anda dibandingkan apabila Anda yang melakukan pembalasan dengan pembalasan versi Anda sendiri. Silakan lanjutkan hidup Anda dengan damai, bahagia dan penuh syukur. Dan biarkan mereka menyelesaikan sendiri urusan penghinaan mereka atas ciptaan-Nya dengan Tuhan Yang Maha Pencipta Terbaik, tanpa Anda ikut campur di dalamnya.

Pada Saat Anda Mengalami Body Shaming atau Diejek, Pada Saat itu Sebenarnya Anda Berada pada Kondisi yang Sangat Menguntungkan Asalkan Anda Tidak Membalas Perbuatan Mereka

Pada saat Anda diejek, dihina, dicaci maki, dan dicela, maka pada saat itu sebenarnya Anda berada pada kondisi yang sangat menguntungkan asalkan Anda tidak terburu emosi yang menyebabkan Anda melakukan pembalasan versi Anda sendiri. Orang yang diejek, dihina, dicaci maki, dan dicela tergolong ke dalam orang yang terzalimi, sedangkan Allah berjanji akan mengabulkan doa orang yang terzalimi, tidak peduli apakah orang yang terzalimi itu beriman atau kafir.

Abu Abdillah al-Asadi berkata, aku mendengar Anas bin Malik ra. berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Berhati-hatilah terhadap doa orang yang terzalimi, meskipun ia orang kafir, sesungguhnya tidak ada penghalang antara dirinya dengan Allah.” (HR. Ahmad)

Rasulullah SAW bersabda: Tiga orang yang tidak akan ditolak doanya: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, imam yang adil, dan doa orang yang dizalimi.” (HR. Al-Tirmidzi)

Ada tiga doa yang tak akan ditolak oleh Allah SWT, yaitu doa orang tua kepada anaknya, doa orang yang teraniaya, dan doa seorang musafir.” (HR. Abu Hurairah)

Tiga do’a yang dikabulkan, yaitu do’a orang yang berpuasa, do’a orang yang bepergian, dan do’a orang yang teraniaya.” (HR. Uqaili, dari Abu Hurairah)

Artinya, pada saat Anda diejek, dihina, dicaci maki, dicela, sebenarnya Anda berada posisi yang paling dekat dengan Allah. Posisi yang mungkin akan sangat sulit dicapai hanya dengan mengandalkan ibadah seperti biasa, sebab mungkin saja pada saat beribadah, hati Anda lalai, kurang konsentrasi, kurang khusyuk, dan sebagainya. Nah, pada kondisi inilah sebenarnya saat yang paling baik untuk berdoa meminta sesuatu. Anda mungkin memiliki keinginan atau cita-cita yang belum kesampaian, maka inilah saatnya Anda berdoa memohon agar apa yang Anda cita-citakan berhasil.

Anda tidak perlu mendoakan kejelekan untuk orang yang mengejek dan menghina Anda. Itu tidak perlu, karena tanpa Anda mendoakannya pun, Allah pasti akan membalas setiap kejahatan dengan balasan yang setimpal. Sekali lagi, yang justru penting untuk dilakukan pada kondisi mustajab ini adalah berdoa memohon kepada Allah agar Allah mengabulkan cita-cita dan impian Anda.

Allah SWT berfirman: “Barang siapa berbuat kebaikan mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barang siapa berbuat kejahatan dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).” (Q.S. Al-An’am: 160)

Barang siapa mengerjakan kebajikan, maka itu untuk dirinya sendiri, dan barang siapa mengerjakan kejahatan, maka itu akan menimpa dirinya sendiri; kemudian kepada Tuhanmu kamu dikembalikan.” (Q.S. Al-Jasiyah: 15)

Ketika selama ini doa permohonan Anda belum juga terkabul, mungkin saja ada yang kurang dari ibadah Anda atau mungkin rezeki yang Anda makan bercampur dengan sesuatu yang haram sehingga menghalangi pengabulan doa itu. Nah, dalam kondisi terzalimi inilah saat yang paling mustajab untuk berdoa karena Allah telah berjanji akan mengabulkan doa orang yang dalam keadaan teraniaya (dizalimi). Jadi, sebaiknya gunakan kondisi itu untuk berdoa bagi kebaikan, kelancaran, kesuksesan, dan kebahagiaan diri Anda dan orang-orang yang Anda sayangi.

Jangan buang-buang kesempatan baik itu dengan mendoakan keburukan kepada orang yang menyakiti hati Anda, karena sekali lagi, tanpa Anda mendoakan keburukan bagi mereka pun, mereka akan mendapatkan balasan dari Allah, setimpal dengan kejahatan dan kezaliman yang telah mereka perbuat.

Semoga Bermanfaat!

Visits: 2119

Leave a Reply