Mengetahui apakah lawan bicara bersikap jujur atau bohong kepada Anda merupakan faktor kunci utama yang akan menentukan sikap Anda selanjutnya terhadap orang tersebut. Manusia sebagai makhluk sosial tidak akan pernah terlepas dari proses interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Sebab, melalui proses interaksi sosial itulah kita mendapatkan teman, sahabat, rekan bisnis, bahkan juga jodoh. Sehingga penting sekali untuk mengetahui seperti apa lawan bicara Anda. Apakah dia seorang yang jujur dan layak dipercaya sehingga Anda kemudian memutuskan untuk melanjutkan kontak atau hubungan sosial dengannya? Atau, apakah dia memiliki motif-motif tertentu dan tidak layak dipercaya, bahkan juga bisa membahayakan sehingga Anda harus memutuskan untuk tidak melanjutkan kontak atau hubungan sosial Anda dengannya? Mari kita cari jawabannya dalam artikel kali ini sebagai salah satu bahan analisa Anda untuk berinteraksi dengannya. Ada beberapa teknik untuk mengetahui apakah lawan bicara Anda sedang berkata jujur, berbohong, antusian, tertekan, bosan, kesal, marah, dan sebagainya.

Arah Gerakan Bola Mata

Teknik ini populer digunakan oleh para psikolog untuk mendeteksi kebohongan seseorang. Sayangnya, ada penelitian terbaru yang mengungkapkan bahwa tidak ada korelasi antara arah gerakan bola mata dengan kejujuran atau kebohongan seseorang. Walaupun tingkat akurasinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut, tidak ada salahnya untuk membahas sedikit mengenai teknik ini sebagai bahan pengetahuan.

  • Ingatan terhadap Sesuatu yang Pernah Dilihat

Lawan bicara Anda baru saja menceritakan bahwa dirinya baru saja berlibur ke New York. Sekarang coba Anda bertanya dengan halus sambil benar-benar menatap matanya, “Oh ya!? Menarik sekali ya kedengarannya. Lalu bagaimana suasana kota New York itu?”

Lihatlah bagaimana arah pergerakan bola matanya sebelum dia menjawab pertanyaan Anda. Apabila bola matanya langsung mengarah ke kanan dan ke atas, artinya dia sedang mencoba membayangkan sesuatu atau mereka-reka sesuatu seandainya dia ada pada momen itu. Sehingga dia akan memberikan jawaban bohong kepada Anda, karena pastinya dia belum pernah berlibur ke New York.

Sebaliknya, apabila bola matanya langsung mengarah ke atas dan ke kiri, artinya dia sedang mencoba mengakses ingatannya akan momen yang pernah dia alami pada saat itu. Artinya lagi, dia akan menjawab pertanyaan Anda berdasarkan gambaran peristiwa yang dialaminya pada saat momen yang Anda tanyakan itu. Sehingga dia akan memberikan jawaban jujur kepada Anda, karena memang dia pernah berlibur ke New York.

  • Ingatan Terhadap Sesuatu yang Pernah Dirasakan

Lawan bicara Anda baru saja menceritakan bahwa dirinya kemarin baru saja ditraktir seporsi Nasi Biryani Arab di Restoran XYZ oleh bosnya karena sudah berhasil memenangkan sebuah tender. Sekarang silakan Anda tanyakan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang dirasakannya, kemudian perhatikan pergerakan bola matanya. Misalnya, “Hmmm…Saya belum pernah mencoba Nasi Biryani Arab di Restoran XYZ itu. Bagaimana rasanya menurut Anda kalau dibanding Nasi Biryani di restoran lain?”

Sekarang lihatlah bagaimana arah pergerakan bola matanya sebelum dia menjawab pertanyaan Anda. Apabila bola matanya langsung mengarah ke bawah dan ke kiri, artinya dia sedang mencoba membayangkan rasa makanan itu atau mereka-reka rasa seandainya dia memakan menu itu di restoran tersebut. Sehingga dia akan memberikan jawaban bohong kepada Anda.

Sebaliknya, apabila bola matanya langsung mengarah ke bawah dan ke kanan, artinya dia sedang mencoba mengakses ingatannya akan rasa Nasi Biryani di restoran tersebut pada saat momen yang dia ceritakan itu. Artinya, lagi dia akan menjawab pertanyaan Anda berdasarkan pengalamannya saat merasakan rasa makanan itu pada momen yang dia ceritakan. Sehingga dia akan memberikan jawaban jujur kepada Anda.

  • Ingatan terhadap Sesuatu yang Pernah Didengar

Lawan bicara Anda baru saja menceritakan bahwa dirinya kemarin baru saja menonton konser musik. Sekarang silakan Anda tanyakan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang didengarnya, kemudian perhatikan pergerakan bola matanya. Misalnya, “Wah…Kelihatannya seru sekali ya. Apakah penontonnya banyak yang ikut-ikut bernyanyi? Apakah suara penyanyinya sebaik seperti yang kita dengar di rekaman?”

Sekarang lihatlah bagaimana arah pergerakan bola matanya sebelum dia menjawab pertanyaan Anda. Apabila bola matanya langsung mengarah lurus ke kanan, artinya dia sedang mencoba membayangkan suara penonton dan penyanyi itu itu atau mereka-reka keriuhan penonton dan kemerduan suara penyanyi itu seandainya dia kemarin menonton konser tersebut. Sehingga dia akan memberikan jawaban bohong kepada Anda, karena pastinya dia kemarin tidak menonton konser tersebut.

Sebaliknya, apabila bola matanya langsung mengarah lurus ke kiri, artinya dia sedang mencoba mengakses ingatannya akan suara riuh penonton dan suara penyanyi di konser yang dia ceritakan itu. Dia akan menjawab pertanyaan Anda berdasarkan pengalamannya saat mendengar hiruk pikuk suara penonton dan penyanyi di konser yang dia ceritakan. Sehingga dia akan memberikan jawaban jujur kepada Anda, karena memang dia kemarin pergi menonton konser tersebut.

Demikianlah sekelumit pengetahuan singkat mengenai deteksi kejujuran dan kebohongan melalui arah gerakan mata. Sampai saat ini, teknik ini masih mengundang banyak perdebatan sehingga masih perlu penelitian lebih lanjut.


Sekarang akan dibahas teknik yang memang biasa digunakan untuk mendeteksi emosi dan keinginan lawan bicara. Teknik ini memberikan hasil yang cukup baik sehingga lazim dipakai para psikolog untuk mewawancarai klien juga oleh para ahli bahasa tubuh untuk menganalisa seseorang.

Berkedip Tidak Normal

Pada saat Anda sedang berbincang-bincang, silakan perhatikan ritme atau gaya berkedip lawan bicara Anda pada saat santai, terutama ketika Anda tidak sedang bertanya kepadanya. Kemudian perhatikan perubahan ritme kedipannya, pada saat membicarakan topik apakah atau pada saat Anda menanyakan topik apakah ritme kedipannya berubah? Menjadi lebih cepat ataukah lebih lambat? Berikut ini adalah penjelasannya.

Aktivitas berkedip yang tidak normal berkaitan dengan rasa ketidaknyamanan. Perubahan ritme kedipan menjadi lebih cepat menandakan sebuah kegelisahan dengan berbagai sebab. Bisa jadi kegelisahan akibat tekanan yang datang tiba-tiba, misalnya karena Anda menanyakan sebuah topik yang tidak ingin dibicarakannya. Bisa jadi juga kegelisahan akibat sedang berbohong. Ketika seseorang sedang berbohong, selain ritme kedipan matanya berubah menjadi lebih cepat, biasanya juga akan diikuti oleh tanda-tanda lain, seperti tangan menggosok mata, menyentuh tepi mata, atau menyentuh hidung.

Sebaliknya, ritme kedipan akan berubah menjadi lebih lambat pada beberapa situasi. Pertama, yaitu pada saat lawan bicara menganggap dirinya berada di posisi yang lebih tinggi (superior) daripada Anda (lebih pintar, lebih berkuasa, dan sejenisnya). Kedua, yaitu pada saat lawan bicara merasa tidak setuju atau bosan dengan topik pembicaraan. Kalau Anda menangkap bahasa tubuh ini, sebaiknya segera ganti topic pembicaraan Anda. Ketiga, yaitu pada saat seseorang berkonsentrasi. Tetapi bahasa tubuh ini akan disertai aktivitas pendukung lainnya, misalnya sedang tekun membaca, serius mengamati sesuatu dan sejenisnya.

Gerakan Mata Bolak-Balik

Gerakan mata bolak-balik ini cirinya adalah tubuh dan kepala tidak bergerak. Hanya kedua mata saja yang bergerak-gerak cepat dari sisi kanan ke kiri dan sebaliknya. Apabila Anda mendapati bahasa tubuh seperti ini pada diri lawan bicara Anda, artinya dia saat itu benar-benar ingin keluar dan menghindar dari situasi perbincangan. Dia merasa gugup dan sudah tidak nyaman lagi sehingga ingin segera pergi dari tempat tersebut.

Senyuman Palsu vs Senyuman Tulus dari Hati

Menurut Duchenne, pada saat seseorang tersenyum ada dua otot yang terlibat. Pertama, otot zygomatic utama yang terletak di kedua sisi wajah dan terhubung dengan kedua sudut mulut. Otot ini berada dibawah kontrol sadar, sehingga pada saat otak memerintahkan tersenyum, otot inilah yang bergerak membentuk senyuman di bibir. Kedua, otot orbicularis oculi yang terletak di sekitar mata (sudut mata bagian luar). Otot ini tidak berada di bawah kontrol sadar (otak), sehingga otot ini hanya bergerak mengikuti emosi jiwa atau perasaan hati.

Senyum Palsu. Ketika lawan bicara Anda tersenyum bahkan sampai giginya kelihatan, perhatikan baik-baik, apakah ada garis tawa (kerut-kerut) di sudut matanya? Apabila tidak ada, itulah yang dinamakan senyum sosial alias senyuman basa-basi alias senyum palsu, atau sering disebut senyuman kedok. Kenapa dinamakan demikian? Karena hanya otaknya saja yang memerintahkan untuk tersenyum, sedangkan perasaan atau jiwanya tidak. Seseorang tersenyum palsu biasanya karena tuntutan sosial, misalnya karena tuntutan pekerjaan atau sosialisasi di pesta-pesta, atau agar kelihatan ramah saja, sehingga bukan dari hati. Misalnya, pernahkah Anda memperhatikan customer service atau teller di bank yang melayani Anda dengan sangat ramah sambil tersenyum kepada Anda, tetapi ekspresinya datar karena tidak ada garis tawa di sudut matanya? Atau, pada saat Anda naik pesawat, seorang pramugari melayani Anda dengan sangat ramah dan tersenyum, tetapi tidak ada garis tawa (kerut-kerut) sama sekali di sudut matanya? Ya, itulah yang dinamakan senyum basa-basi atau senyuman yang tidak tulus. Dia tersenyum karena tuntutan pekerjaan harus ramah dengan customer, padahal perasaannya tidak seperti itu. Ingat, otot orbicularis oculi bekerja mengikuti perasaan hati, bukan otak sehingga tidak dapat dimanipulasi oleh otak. Karena yang bekerja hanya satu otot saja, biasanya juga ditandai dengan wajah yang tampak tidak simetris bilateral, kemudian cenderung mengawali dan mengakhiri senyuman secara mendadak.

Senyuman Tulus dari Hati. Pada saat seseorang tersenyum dengan tulus dari hati, maka kedua otot, baik zygomatic maupun orbicularis akan bekerja. Otak memerintahkan otot zygomatic di sudut-sudut bibir menarik garis senyuman, sedangkan hati memerintahkan otot orbicularis oculi di sudut-sudut mata untuk menarik garis senyuman. Karena yang bekerja adalah kedua otot bersama-sama, biasanya ditandai dengan wajah yang tampak simetris bilateral, kemudian cenderung mengawali dan mengakhiri senyuman dengan lambat (artinya, ekspresi senyuman itu muncul perlahan-lahan dan menghilang secara perlahan-lahan pula).


Referensi:

Borg, James. 2009. Body Language: 7 Easy Lessons to Master the Silent Language. Pearson Education Inc.:New Jersey (US)

Views: 736

Leave a Reply