Pada artikel sebelumnya, saya telah menulis bagaimana Memilih Tanah untuk Rumah Berdasarkan Asta Kosala Kosali yang merupakan kearifan lokal masyarakat Bali dalam mendirikan bangunan. Dalam artikel saya kali ini saya akan menulis tentang bagaimana memilih tanah untuk rumah menurut budaya tradisional Jawa.

Seperti halnya masyarakat Bali, masyarakat Jawa juga memiliki kepercayaan mengenai tempat mana saja yang dianggap baik bahkan bertuah jika digunakan untuk mendirikan bangunan dan tempat mana saja yang merupakan tempat wingit-angker-sangar yang penuh dengan gangguan ghaib sehingga tidak boleh digunakan untuk mendirikan bangunan¹. Akan tetapi masyarakat Jawa memiliki kriteria sendiri dalam memilih tanah yang akan digunakan untuk mendirikan bangunan.

Tanah yang Baik

Menurut budaya tradisional Jawa, ada sebelas macam tanah yang baik digunakan untuk mendirikan bangunan/rumah, yaitu:

  1. Manikmulya (Bayasangkar), merupakan tanah dengan kontur miring ke timur. Dalam budaya tradisional Jawa, tanah seperti ini diyakini dapat mendatangkan rezeki, ketentraman, dan keselamatan, serta menghindarkan berbagai macam penyakit. Masyarakat Jawa dahulu sering menanam tanaman Cocor Bebek pada sudut sebelah barat tanah seperti ini untuk memperkuat aura tanah.
  2. Indraprastha (Telaga Ngayudha), merupakan tanah dengan kontur miring ke utara. Tanah seperti ini diyakini dapat membawa pengaruh rasa syukur, kepuasan, dan kebahagiaan kepada para penghuninya. Selain itu, orang yang memiliki tanah seperti ini diyakini akan tercapai segala cita-citanya dan hasil kerja kerasnya akan bertahan lama, turut pula dinikmati oleh anak cucunya.
  3. Sangsang buwono (Kawulo katubing kala), merupakan tanah yang dikelilingi oleh bukit. Tanah seperti ini dipercaya akan membuat para pemilik dan penghuninya selalu dicintai dan dikasihi para tetangganya, serta mendatangkan aura kejujuran sehingga setiap perkataannya selalu dapat dipercaya.
  4. Bumi langupulawa, merupakan tanah yang terletak di atas jurang. Tanah seperti ini dalam budaya tradisional Jawa diyakini akan mendatangkan aura kebijaksanaan laksana seorang resi atau pandita kepada para penghuninya.
  5. Darmalangit, merupakan tanah dengan kontur sebagian tinggi memanjang di tengah-tengahnya yang membujur ke arah utara-selatan, atau tanah yang miring ke barat dan timur. Tanah ini dipercaya dapat mendatangkan harta kekayaan yang melimpah kepada para penghuninya.
  6. Sri nugraha, merupakan tanah dengan kontur lebih tinggi di sisi sebelah barat dan agak rendah di sisi sebelah timur. Dalam budaya tradisional Jawa, tanah seperti ini diyakini dapat mendatangkan pangkat dan derajat, membuat penghuninya dihormati dan disegani.
  7. Wisnumanitis, merupakan tanah dengan kontur tidak rata terutama pada sisi sebelah utaranya. Tanah seperti ini diyakini akan mendatangkan rezeki dan kekayaan melimpah yang awet sampai generasi anak cucu dan keturunannya yang menghuni tanah tersebut.
  8. Endragana, merupakan tanah dengan kontur rata pada bagian tengah, sedang bagian tepi sekelilingnya lebih tinggi. Tanah seperti ini diyakini membawa keselamatan kepada para penghuninya.
  9. Srimangepel, merupakan tanah yang terletak di tengah-tengah lembah dan diapit oleh sumber mata air. Tanah seperti ini diyakini akan selalu dapat memberikan kecukupan bahan makanan kepada para penghuninya.
  10. Arjuna, merupakan tanah dengan kontur miring ke arah timur pada sisi sebelah utara, sedangkan pada sisi selatannya ada gunung atau bukit. Tanah seperti ini dipercaya dapat mendatangkan rasa lapang dada dan membuat penghuninya selalu disegani oleh orang lain.
  11. Tigawarna, merupakan tanah yang dikelilingi oleh gunung, dimana salah satu gunung itu agak menjorok ke tanah tersebut. Atau tanah yang halamannya tertutup oleh bayangan gunung. Tanah seperti ini dianggap dapat mendatangkan rasa tenang dan tentram laksana pertapa kepada para penghuninya.

 

Tanah yang Tidak Baik

Menurut budaya tradisional Jawa, ada enam macam tanah yang tidak baik digunakan untuk mendirikan bangunan/rumah, yaitu:

  1. Sri sadana, merupakan tanah dengan kontur miring ke selatan. Tanah ini dianggap memiliki hawa permusuhan sehingga para penghuninya akan selalu bertengkar/bermusuhan dengan tetangganya. Untuk menetralisir pengaruh buruk dari tanah seperti ini, masyarakat Jawa dahulu menanam Pohon Pisang Batu di sudut timur tanah.
  2. Dhandhang kukulangan, merupakan tanah bekas kuburan atau tanah yang dikelilingi oleh pekuburan. Tanah seperti ini dianggap mendatangkan keburukan bagi penghuninya sehingga penghuninya sering sakit-sakitan dan merasa tidak tentram.
  3. Kalawisa, merupakan tanah dengan kontur merendah ke barat atau lebih tinggi di sisi sebelah timur dan lebih rendah di sisi sebelah barat. Tanah seperti ini dianggap dapat membuat penghuninya sering sakit-sakitan.
  4. Asungelak, merupakan tanah yang terletak di sebelah timur gunung. Tanah ini dianggap membawa aura permusuhan sehingga akan membuat penghuninya sering tidak akur dengan tetangganya.
  5. Sigarpenjalin, merupakan tanah yang di sekitarnya banyak mengandung air. Tanah ini juga dianggap mendatangkan suasana permusuhan sehingga para penghuninya akan sering bertengkar dengan tetangganya. Untuk menetralisir pengaruh buruk tanah seperti ini, masyakarat Jawa dahulu menambahkan elemen air di tengah-tengah tanah.
  6. Singamita, merupakan tanah yang pada bagian tengahnya ada sumber air atau air. Tanah seperti ini dalam budaya tradisional Jawa dianggap dapat mendatangkan penyakit, sehingga akan membuat para penghuninya sakit-sakitan.

¹Lihat: Sugiyanto Dakung. Arsitektur Tradisional Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta. Departemen P dan K, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah. 1983. hlm.83

Sumber:

Frick, Heinz. Pola Struktural dan Teknik Bangunan di Indonesia. Yogyakarta. Penerbit Kanisius. 1997. hlm. 95-96

Views: 1124

Leave a Reply